UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK
A MELALUI KEGIATAN SENAM PAGI DI TK KARTIKA IV-9 SURABAYA
ABSTRAK
Anak usia dini
mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi,
kognitif maupun psikososial. Selain itu ditambah pula dengan kesenangannnya
dalam bereksplorasi dan seperti tak mengenal rasa takut, maka segala gerakan
yang diajarkan pada anak akan dianggap sebagai satu permainan yang menyenangkan.
Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi
perkembangan pribadi secara keseluruhan.
Perkembangan
motorik masing-masing individu berbeda satu sama lainnya. Semakin matangnya
perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya
kompetensi atau keterampilan motorik anak.
Motorik kasar
sangat berpengaruh dalam kehidupan di masa depan seorang anak karena awal dari
pergerakan seluruh tubuh yang terkoordinasi oleh otak sehingga menghasilkan
gerakan yang baik. Kegiatan senam pagi ini menjadikan anak untuk memulai
aktivitas dengan semangat dan bahagia.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Anak
Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan
yang unik, karena proses perkembangnya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama
dengan Golden Age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling
tepat untuk membrtikan bekal yang kuat kepada anak. pada masa peka, kecepatan
perkembangan otak anak selama hidupnya. Artinya, golden age merupakan
masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak
sebanyak-banyaknya (Slamet Suyanto, 2003: 6)
Dalam
masa peka ini pemberian stimulasi yang benar dan tepat sangat dibutuhkan.
Sehingga menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tetang sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 1 ayat 14 (Depdiknas, 2003) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu uapaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pada
masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik
motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Selain itu ditambah pula dengan
kesenangannnya dalam bereksplorasi dan seperti tak mengenal rasa takut, maka
segala gerakan yang diajarkan pada anak akan dianggap sebagai datu permainan
yang menyenangkan.
Di dalam suatu perkembangan, keadaan fisik motorik seorang
anak memang sangat menjadi perhatian dan menjadi suatu pembahasan, sebab proses
tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Dalam kaitannya dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja dipengaruhi oleh
aspek perkembangan yang lainnya, terutama berkaitan dengan fisik dan intelektual
anak. Demikian pun dalam kaitan dengan kecerdasan motorik anak, tentu saja
dipengaruhi oleh aspek perkembangan yang lainnya, terutama dengan kaitan fisik
dan intelektual anak.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan
laporan ini, saya mengangkat permasalahan yang dihadapi oleh TK yaitu:
1.
Apa
kemampuan fisik motorik anak usia dini?
2.
Bagaimana
kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun?
3.
Bagaimana
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
kemampuan fisik motorik anak usia 4-5 tahun.
2.
Mengetahui
kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun.
3.
Mengetahui
cara meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun.
D.
METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
metode pengumpulan data:
1.
Kepustakaan
Dalam hal ini, penulis merujuk pada buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian yang penulis lakukan.
a.
Data
Lapangan
Data lapangan yang meliputi:
1)
Observasi
Teknik Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik
pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan secara langsung yaitu pengamat
berada langsung bersama objek yang diselidiki dan tidak langsung yakni
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang
diselidiki (Ahmad Tanzeh, 1997)
2)
Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara di penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden. Meskipun wawancara adalah proses
percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, tetapi wawancara
adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian
3)
Dokumentasi
Metode Dokumentasi merupakan suatu
cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau
catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat
kabar, dan lain sebagainya (Margono, 2007).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kemampuan Fisik Motorik Anak Usia Dini
Motorik
berasal dari kata motor, yakni gerak, seiring dengan hal tersebut Muhibbin
(dalam Samsuddin, 2008:10) menyebutkan motorik dengan istilah motor, menurutnya
motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan
kegiatan yang melibatkan otot tangan, kaki dan koordinasi mata yang di
gerakkan. Menurut Hurlock (Kariyanik, 2012) motorik merupakan gerakan jasmaniah
yang terjadi karena adanya koordinasi pusat syaraf, urat syaraf, dan otot. Dapat
diartikan bahwa motorik merupakan sebuah kegiataan yang terjadi karena adanya
koordinasi antara otak, syaraf dan otot sehingga tercipta gerakan yang
terkoordinasi.
Berbicara
mengenai motorik, tidak dapat dipisahkan dari gerak,gerak merupakan unsur utama
dalam perkembangan motorik anak. gerak tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena sebagian besar aktivitas sehari-hari membutuhkan gerak.
Selain itu gerak merupakan kehidupan. Tanpa bergerak manusia akan mati.
Menurut
Delphie (2006) terdapat tiga bentuk gerak dasar yakni gerak lokomotor,
manipulatif, nonmanipulatif. Gerak lokomotor adalah gerak kasar yang dilakukan
dan berpindah tempat karena adanya gerakan ini. Gerak manipulatif, gerakan yang
memerlukan adanya koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitar. Gerak
nonmanipulatif yakni gerak yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan berpindah
tempat. Ketiga gerak dasar tersebut dapat dilihat pada tabel.
Dasar-dasar
keterampilan gerak.
Keterampilan Lokomotor
|
Keterampilan Manipulatif
|
Keterampilan Non Manipulatif
|
· Jalan
· Lari
· Meloncat dengan alat
· Meloncat kesamping
· Mengejar
· Meluncur
· Lari-lari kecil atau lari-lari
anjing
|
· Melempar
· Menangkap
· Menendang
· Melambungkan Bola
· Memantulkan Bola
· Memukul dengan raket
· Memukul dengan alat pukul kayu.
|
· Membelok
· Berputar
· Mengguling
· Keseimbangan tubuh
· Memindahkan berat tubuh
· Melompat kemudian mendarat
· Mengulurkan otot, misalnya
merentangkan kedua tangan lurus kesamping sejajar pundak
· Mengerutkan otot perut misalnya sit-up
|
Sumber : Delphie, 2006
Seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak maka berkembang pula kemampuan
geraknya. Perkembangan kemampuan gerak anak disebut dengan perkembangan
motorik.
Perkembangan
motorik (motor development) adalah perubahan secara progresif pada kontrol dan
kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara
faktor kematangan (maturations) dan latihan atau pengalaman (experiences)
selama kehidupan (Hildayani, 2009: 8,4). Sedangkan menurut Suyadi (2009)
perkembangan motorik adalah perkembangan jasmani yang melibatkan koordinasi
dari syaraf dan otot. Menurut Kriyanik (2012) perkembangan motorik merupakan
perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa secara bertahap yang
melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak dari tidak mampu menjadi
mampu dan terampil.
Sedangkan
Braja (dalam Wulansari, 2012) menyatakan bahwa perkembangan motorik merupakan
suatu proses aktivitas individu dengan pertumbuhan yang terkoordinasi diantara
jasmani, fisiologi, dan psikologi.
Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah proses perubahan kemampuan gerak
secara bertahap, berkesinambungan dan sejalan dengan bertambahnya usia maka
akan meningkat pula kemampuan gerak akibat dari pengalaman gerak yang
diperoleh. Dari pengalaman tersebut terjadi perubahan dan perkembangan gerak
dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menjadi terampil,
menuju kemampuan yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik serta dapat
disesuaikan dengan kebutuhan gerak dalam kehidupan sehari-hari
Masa
kecil merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan motorik. Menurut
Hurlock (dalam Arisya, 2012) ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut. Pertama
tubuh anak lebih lentur dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga mudah
bagi anak untuk mempelajari keterampilan motorik. Kedua, anak belum memiliki
keterampilan yang cukup sehingga mudah bagi anak untuk mempelajari keterampilan
yang baru. Ketiga, rasa takut anak masih kecil dibanding dengan orang
dewasa, anak akan mudah termotivasi untuk melakukan gerakan-gerakan karena
mereka belum memiliki rasa takut yang terlalu besar. Keempat, anak tidak
mudah bosan dengan hal yang diulangi-ulangi, berbeda dengan orang dewasa yang
mudah bosan dengan pengulangan. Kelima, anak memiliki tanggungjawab yang
lebih kecil daripada orang dewasa sehigga mereka memiliki waktu yang lebih
untuk belajar mengasah keterampilan motorik mereka.
Perkembangan
motorik merupakan aspek perkembangan yang dapat diamati. Menurut Santrock
(2007) proses perkembangan motorik tidak dipengaruhi oleh gen dalam
penyempurnaan urutan ketermpilan gerak anak akan sempurna dengan sendirinya,
jadi proses perkembangan motorik bukanlah proses pasif melainkan proses aktif.
Dalam memperoleh keterampilan gerak, individu secara aktif berinteraksi dengan
lingkungan. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
individu. Anak belum dapat menguasai gerakan-gerakan yang terampil sebelum otot
dan syaraf benar-benar matang. Otot dan syaraf akan berkembang dan matang
seiring dengan pengalaman gerak yang diperoleh.
Lebih
lanjut Laura E. Berk (Suryadi, 2010) menjelaskan bahwa semakin bertambahnyausia
anak maka akan bertambah pula kemampuan motoriknya. Hal ini disebabkan karena
pengalaman dan keterampilan anak akan bertambah sehingga akan menambah kekuatan
ototnya. Semakin kuatnya otot maka semakin baik anak dalam melakukan gerakan.
Dalam mengembangkan keterampilan motorik diperlukan keterampilan mengingatdan
mengalami.
Perkembangan
motorik masing-masing individu berbeda satu sama lainnya. Semakin matangnya
perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya
kompetensi atau keterampilan motorik anak. keterampilan motorik ini dibagi dua
jenis, yaitu keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari,
melompat, naik turun tangga dan keterampilan motorik halus atau keterampilan
memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap
bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Audrey Curtis, 1998;
Elizabeth Hurlock, 1956)
Perkembangan
keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan
pribadi secara keseluruhan. Elizabeth Hurlock (1956) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik bagi konstelasi perkembangan individu yaitu:
1.
Melalui
keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar, dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.
Melalui
keterampilan, motorik anak dapat beranjak dari kondisi “helplessness” (tidak
berdaya) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang “independence”
(bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan “self confidence” (rasa percaya diri)
3.
Melalui
keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah
(school adjustment). Pada usia prasekolah (taman kanak-kanak) atau usia
kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris.
4.
Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan mengambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi
anak yang “fringer” (terpinggirkan)
5.
Perkembangan
keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “self-concept” atau
kepribadian anak.
Kemampuan motorik
dibedakan menjadi 2 yakni motorik halus dan motorik kasar:
1.
Motorik
Halus
Menurut Saputra (2005) motorik halus yakni kemampuan anak melakukan
berbagai aktivitas dengan menggunakan otot-otot halusnya, seperti menggambar,
menulis, menggenggam. Pada perkembangannya motorik halus berkembang seiring
berkembangnya motorik kasar anak.
2.
Motorik
Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan
otot-otot besarnya (Saputra, 2005: 117). Sedangkan menurut Suyadi (2010: 68)
gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Susanto
(2011) menyebutkan bahwa motorik kasar yakni gerakan yang melibatkan sebagian
besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh
otot-otot besar.
B.
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun
Dalam
peraturan menteri pendidikan nasional No. 58 tahun 2009 menyebutkan tingkat
perkembangan motorik kasar anak sebagai berikut:
Tabel 1.1 Tingkat
pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
Lingkup Perkembangan
|
Tingkat Pencapaian Perkembangan
|
|
Usia 4 - < 5 Tahun
|
Usia 5 - < 6 Tahun
|
|
Fisik Motorik
Motorik Kasar
|
· Menirukan gerakan binatang, pohon
tertiup angin, pesawat terbang dan sebagianya.
· Melakukan gerakan menggantung
(bergelayut)
· Melakukan gerakan meloncat,
melompat, dan berlari secara terkoordinasi.
· Melempar sesuatu secara terarah
· Menangkap sesuatu secara tepat
· Melakukan gerakan antisipasi
· Menendang sesuatu secara terarah
· Memanfaatkan mainan di luar kelas.
|
· Melakuakn gerakan tubuh secara
terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan
· Melakukan koordinasi gerak kaki,
tangan, kepala dalam menirukan tarian atau senam
· Melakukan permainan fisik dengan
aturan
· Terampil menggunakan tangan kanan
dan kiri
· Melakukan kegiatan kebersihan diri
|
C.
Kondisi yang Mempengaruhi Laju Kemampuan Fisik Motorik Kasar
Saat
anak mengenal kemampuan fisik motorik kasar perlu disesuaikan terlebih dahulu.
Bila menurut Hurlock (1978:154) ada beberapa kondisi yang mempengaruhi laju
kemampuan fisik motorik kasar pada anak:
1.
Sifat
dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang
menonjol terhadap laju perkembangan motorik kasar.
2.
Bila
dalam awal kehidupan pascalahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik
kasar anak.
3.
Kondisi
pra-lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sag ibu lebih mendorong
kemampuan motorik kasar anak agar lebih cepat pada masa pasca-lahir, dari pada
dengan kondisi pra-lahir yang tidak menyenangkan.
4.
Kelahiran
yang sukar, khususnya pada kerusakan pada otak akan memperlambat kemampuan
fisik motorik kasar anak.
5.
Adanya
dorongan, rangsangan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan
mempercepat kemampuan fisik motorik kasar anak
6.
Cacat
fisik, seperti kebutaan akan memperlambat kemampuan secara fisik motorik pada
anak.
D.
Pengaruh Kemampuan Fisik Motorik Kasar Pada Anak
Kemampuan
untuk mengendalikan tubuh sebagai tugas utama pada bidang ini. Menurut Hurlock
(1978: 150) pengaruh kemampuan fisik motorik kasar yang berkaitan dengan
kemampuan di bawah ini:
1.
Kesehatan
yang baik
Kesehatan yang baik yang sebagian bergantung pada latihan penting
bagi perkembangan dan kebahagiaan anak. apabila koordinasi motorik kasar sangat
jelek sehingga prestasi anak di bawah standar kelompok sebayanya, maka anak
memperoleh kepuasan yang sedikit demi kegiatan fisik dan kurang termotivasi
untuk mengambil bagian.
2.
Emosional
Melalui latihan yang benar, anak dapat melepaskan tenaga yang
tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan keputusasaan.
Kemudian mereka dapat mengendurkan diri secara fisik maupun psikologis.
3.
Kemandirian
Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan
dan rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan, menimbulkan kekecewaan dan
ketidakmampuan diri.
4.
Hiburan
diri
Pengendalian motorik memungkinkan anak untuk berkecimpung dalam
kegiatan yang akan menimbulakan kesenangan baginya meskipun tidak ada teman
sebaya.
5.
Sosialisasi
Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi penerimaan
anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial.
keunggulan kemampuan fisik motorik kasar ini memungkinkan anak memainkan peran
kepemimpinan.
6.
Konsep
diri
Pengendalina motorik ini menimbulkan rasa aman secara fisik, yang
akan melahirkan perasaan aman secara psikologis. Rasa aman psikologis pada
gilirannya menimbulakan rasa percaya diri umumnya akan mempengaruhi perilaku
anak.
E.
Peningkatan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Pada Anak
Menurut
Hurlock (1978:158) bahwa kemampuan fisik motorik kasar, gerak tubuh bila kurang
terkoordinasi dengan baik seperti pada bawah ini:
1.
Belajar
Coba dan Gagal (Trial and Error)
Tidak ada bimbingan dan model untuk ditiru, menyebabkan anak
melakukan tindakan yang berbeda secara acak. Cara tersebut biasanya
menghasilkan keterampilan di bawah kemampuan anak.
2.
Meniru
Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model, (orang tua atau
anak tertua) lebih cepat daripada belajar dengan coba dan ralat, tetapi
dibatasi oleh kesalahan yang terdapat pada model tersebut. Sebagai contoh, anak
tidak dapat belajar berenang dengan baik, kalau yang ditiru adalah perenang
yang jelek. Bahkan anak tersebut tidak mungkin menjadi pengamat yang efesien
meskipun modelnya baik.
3.
Pelatihan
Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model
memperlihatkan keterampilan-keterampilan dan memperlihatkan ketrampilannya
dengan tepat dalam tahap awal belajar. Gerakan yang salah dan kebiasaan yang
jelek sudah tertanam akan sukar untuk ditiadakan.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A.
PENYAJIAN DATA
Dalam penyajian data ini penulis akan menyajikan data anak secara
lengkap dengan hasil observasi yang telaah dilakukan di TK Kartika IV-9
Surabaya Jalan Gajah Mada No. 1 Surabaya yang meliputi identitas anak didik
sebagai berikut:
Kelompok A3
No.
|
Nama Peserta
Didik
|
Jenis Kelamin
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
|
Ari Teguh W
Cristina Yolanda
Clarissa Lovelya R
Desvina Azna L
Fazza Atthaffun
Figo Mahardika
Gerald Sunjung K
Mohammad Rafi
M. Hamzah A
M. Raditya Putra T
M. Dyla’ulhaq
Najwan Khaliq S
Rafif Danar P.T
Rizqi F
Ridhotullah Yudha
Raj Kirani P.L
Sifa Mawaris
Safira Nawali
Tifano Zissu P.C
Vicky H.S
Yofi Yulian G.A.P
Zahrotul R.A
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
|
B.
ANALISIS DATA
Dalam analisis
data ini, di ambil dari sampel penelitian yaitu kelompok A yang berjumlah 60
siswa. Berdasarkan hasil observasi dapat di deskripsikan bahwa kelompok A3 yang
kurang memiliki antusiasme dalam mengikuti kegiatan senam pagi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari
data observasi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kemampuan motorik kasar
anak usia dini harus terus dilatih untuk memberikan stimulasi motorik kasar
dengan baik, supaya tidak adanya keterlambatan dalam kemampuan motorik kasar
anak usia dini. Motorik kasar sangat berpengaruh dalam kehidupan di masa depan
seorang anak karena awal dari pergerakan seluruh tubuh yang terkoordinasi oleh
otak sehingga menghasilkan gerakan yang baik.
Kemampuan
motorik kasar anak usia dini dinilai pertumbuhannya baik ketika anak mulai
dapat merangkak, berdiri, berjalan dan kemudian berlari. Kegiatan senam pagi
ini menjadikan anak untuk memulai aktivitas dengan semangat dan bahagia.
B.
SARAN
Sebaiknya anak
selalu dilatih dalam menggerakkan tubuhnya mulai usia dini sehingga dapat
respon dalam tubuh anak. Ajak juga anak untuk mendengarkan musik dan melihat
video senam anak sehingga anak dapat meniru dan mengekspresikan perasaan
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Allen Eileen dan Lynn R. 2010. Perkembangan anak Prakelahiran
hingga usia 12 tahun. Jakarta: Indeks.
Hurlock,
Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2001. Perkembangan
Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Saputra, yudha M. 2005. Perkembangan Gerak. Jakarta: Ditjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah